Bantenonline.com – Ketua DPD Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) Provinsi Banten Bustamar Koto mengungkapkan bahwa industri perhotelan yang berada di wilayah Provinsi Banten pada menjerit, hal itu dikarenakan adanya kebijakan Pemerintah Pusat mengenai efisiensi anggaran yang bikin meresahkan.

Dirinya mengatakan bahwa industri perhotelan di wilayah Provinsi Banten banyak terkena dampak pada tingkat hunian hotel atau occupancy nya dari Januari hingga Maret 2025, dikarenakan adanya efisiensi anggaran yang dilakukan Pemerintah Pusat.

“Dampak pada efisiensi pemerintah beberapa hotel sudah terdampak, jadi mulai ada penurunan, namun dampak yang paling besar itu terjadi pada Januari hingga Maret 2025 ini,” katanya saat ditemui di kantornya, ditulis pada Minggu (30/3/2025).

BACA JUGA :  Sekolah SD dan SMP di Tangsel Dilarang Study Tour Luar Banten

Dirinya yang juga sebagai GM di Pranaya Boutique Hotel, mengungkapkan bahwa dengan adanya efisiensi anggaran ini, occupancy bisnis perhotelan hanya mencapai 20 persen, kondisi ini lebih memilukan dari kondisi Covid-19.

“Saya berkoordinasi dengan teman-teman di seluruh Indonesia, rata-rata semua hotel occupancy nya sekitar 20 persen, dan ini kondisi yang tidak normal, bahkan kebanyakan teman-teman GM, ini kondisi yang bahkan lebih memprihatinkan ketimbang kondisi Covid-19,” ungkapnya.

Menurutnya, kontribusi revenue di industry perhotelan pada sektor Government, itu merupakan komposisi terbesar yang hampir mencapai 30-50 persen. Sehingga dengan adanya efisiensi anggaran tersebut industry hotel pada menjerit karena tidak mencapai target yang diinginkan.

Baca Juga : Promo Buka Puasa “Iftar Kareem Breakfasting Package” di Hotel Santika Premiere ICE-BSD

BACA JUGA :  KOBAR Optimis, Deden Apriandhi Mampu Jalin Sinergitas di Banten

“Kalau kita bicara tentang kontribusi revenue untuk setiap segmen perhotelan, Goverment bisnis itu bagi kebanyakan hotel itu merupakan komposisi terbesar, kontribusi untuk revenue Government hotel-hotel di Banten itu disekitar hampir 30-50 persen. Jadi Ketika keran dari pemerintah di tutup itukan pasti terdampak pada revenue mereka (hotel),” jelasnya.

Tak hanya industry hotel yang menjerit, lanjut Bustamar, namun juga terdampak pada karyawan hotel yang sudah tidak bekerja dikarenakan para industry hotel tidak sanggup untuk membayar gaji para karyawan.

“Banyak sekali Daily Worker sudah tidak ada yang bekerja dan puncaknya bulan Maret ini, bahkan beberapa hotel disekitaran Banten, sudah kesulitan untuk membayar gaji karyawannya sejak awal tahun ini bahkan ada yang menyicil,” ungkapnya.

BACA JUGA :  Calon Haji Daftar Tunggu di Kabupaten Lebak Hingga 28 Tahun Capai 16.000 Orang

Dirinya mencatat, bahwa hampir mencapai 30 persen para pekerja Daily Worker sudah tidak yang bekerja, artinya bahwa hampir 1,8 juta para pekerja di industry perhotelan sudah tidak ada yang bekerja.

“30 persen karyawan hotel di Banten yang sudah di lay off sejak januari 2025, artinya ada 1,8 juta pekerja harian di industry perhotelan yang sudah tidak bekerja sampai saat ini,” tandasnya.