PANDEGLANG — Komunitas Wayang Nganjor Indonesia kembali menghidupkan khazanah sejarah lokal melalui riset dan pementasan naskah kuno Babad Banten. Kegiatan yang digelar di Balai Budaya Pandeglang ini menjadi bagian dari upaya pelestarian naskah klasik melalui media seni pertunjukan modern.
Program ini memasuki tahun kedua riset Wayang Nganjor yang mendapat dukungan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Tujuannya adalah menghadirkan kembali nilai-nilai sejarah dan kearifan lokal Banten dalam bentuk karya sastra panggung yang dapat diakses oleh masyarakat luas.
“Tahun ini kami fokus menghasilkan karya yang lebih berkelanjutan. Tidak hanya pementasan sesaat, tapi juga tiga naskah yang bisa dipentaskan oleh siapa pun dengan berbagai gaya,” ujar Ketua Wayang Nganjor Indonesia, Tirta Nugraha Pratama, Minggu (19/10/2025).
Menurut Tirta, pilihan terhadap Babad Banten berangkat dari semangat menggali sumber-sumber lokal. Selama ini, dunia pewayangan Indonesia cenderung mengangkat cerita-cerita dari epos luar seperti Ramayana, Mahabharata, atau Arjuna Wiwaha yang berasal dari India.
“Wayang itu sering kali identik dengan kisah luar, padahal Banten memiliki banyak babad yang menarik dijadikan sumber cerita. Salah satunya Babad Banten yang memiliki berbagai versi dan kaya akan nilai sejarah,” katanya.
Tirta mengungkapkan, riset terhadap Babad Banten bukan pekerjaan mudah. Timnya melibatkan para filolog atau ahli naskah kuno, mengingat teks ditulis dalam beragam aksara, seperti Arab Pegon, Palawa, hingga Latin, serta menggunakan bahasa Sunda dan Jawa.
“Kami bekerja sama dengan para filolog untuk membaca dan menerjemahkan naskah-naskah tersebut agar bisa dirangkai menjadi naskah pertunjukan,” ujarnya.
Ia menegaskan, hasil riset ini bukan merupakan catatan sejarah akademik, melainkan karya sastra yang merefleksikan perjalanan masa lalu melalui pendekatan artistik.
Meski mendapat dukungan dari pemerintah pusat, Tirta menilai perhatian pemerintah daerah terhadap kegiatan kebudayaan masih minim.
“Dari pemerintah daerah, apresiasinya masih rendah. Biasanya hanya hadir dalam undangan, padahal kegiatan seperti ini penting untuk menjaga identitas budaya daerah,” katanya.
Tirta berharap Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi Banten dapat lebih peduli terhadap komunitas seni dan budaya lokal. Menurutnya, kebudayaan merupakan fondasi penting dalam arah pembangunan daerah.
“Harapan kami sederhana: ada apresiasi nyata bagi komunitas kebudayaan. Dari budaya lahir pemikiran tentang peradaban dan arah pembangunan,” ujarnya. (Den)
“Kalau kita ingin melangkah ke depan, kita harus mau membaca kebudayaan masa lalu. Dari sanalah muncul pemikiran visioner untuk masa depan daerah,” pungkasnya. (Den)