Harga gabah kering pungut (GKP) mengalami kenaikan berada di kisaran Rp.6.500 per kilogram di tingkat petani di wilayah Pandeglang. Kenaikan itu sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp.6.500 per kilogram.

Sebelumnya harga gabah petani diangka Rp.5.000–Rp.6.000 per kilogram.

Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Pandeglang, Nasir bahwa kenaikan harga ini memberikan angin segar bagi petani.

“Ya untuk harga gabah sekarang bagus mengalami kenaikan sudah tembus Rp.6.500. Ini sesuai harga HPP, jadi petani merasa senang karena hasil panen setimpal,” ungkap Nasir kepada media, Jumat (18/07/2025).

Namun, kata Nasir tingginya harga gabah ini justru menyulitkan Perum Bulog dalam melakukan penyerapan stok gabah dari petani. Karena harga di lapangan melebihi batas harga pembelian yang ditentukan dalam kebijakan pemerintah.

BACA JUGA :  Ojol Diminta Waspada, Graha Raya Tangsel Disebut Rawan Begal pada Malam Hari

“Bulog tidak bisa masuk ke pasar karena harga gabah sudah di atas ketentuan. Padahal, sesuai arahan presiden, seharusnya Bulog bisa membeli di harga Rp.6.800 tanpa syarat. Tapi kenyataannya gabah masih banyak diserap oleh tengkulak besar seperti Wilmar Karawang,” katanya.

Dijelaskannya, kondisi pasar masih dinamis dan berpotensi berubah ketika panen raya tiba atau ketika pemerintah mulai mendistribusikan bantuan beras kepada masyarakat.

“Kalau panen raya tiba atau bantuan beras pemerintah mulai beredar, harga bisa menurun. Saat ini petani cenderung menyimpan gabah terlebih dahulu, sebagian untuk konsumsi rumah tangga, sebagian lagi menunggu Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP),” terangnya.

“Makanya ada program SPHP oleh Bulog ke pasar-pasar agar harga pangan beras turun, dengan di keluarnya beras SPHP oleh bulog yang sampai sekarang belum ada,”sambungnya.

BACA JUGA :  DPRD Pandeglang Gelar Baksos, Bedah Rumah Lansia di Mandalawangi

Meski harga gabah tergolong tinggi, sebagian besar petani penggarap di Pandeglang belum menikmati hasil secara penuh.

Pola pembagian hasil panen antara pemilik lahan, pemodal, dan penggarap membuat petani tetap berada dalam kategori rentan secara ekonomi.

“Penggarap rata-rata hanya dapat sepertiga dari hasil panen. Kalau panen 6 ton, dibagi tiga. Jadi kalau dijual Rp6.500 per kilogram, cukupkah untuk hidup selama tiga bulan? Rata-rata mereka masih masuk kategori miskin,” ujarnya.

Kendati demikian, pihaknya tetap mengapresiasi kondisi harga gabah yang mulai membaik dan berharap pemerintah hadir untuk menyesuaikan kebijakan dengan realitas di lapangan.

“Kalau harga di bawah HPP, petani sedih. Sekarang mereka lebih semangat menanam karena merasa dihargai. Harapan kami, pemerintah menyesuaikan kebijakan berdasarkan kondisi faktual di lapangan,” tandasnya.

BACA JUGA :  SEMMI Banten Deklarasikan Perang terhadap Narkoba, Siap Jadi Garda Terdepan di Kalangan Mahasiswa

Ditambahkannya, dalam upaya menjaga stabilitas pangan, Bulog Subdivre Lebak-Pandeglang dijadwalkan mulai menyalurkan bantuan beras pemerintah pada Senin 22 Juli 2025. Penyaluran ini merupakan bagian dari program bantuan pangan nasional.

“Kami sudah rapat koordinasi dengan Bappenas. Penerima bantuan akan mendapatkan 20 kilogram beras, masing-masing 10 kilogram untuk alokasi bulan Juni dan Juli, tapi hingga saat ini belum disalurkan oleh pihak Bulog,” pungkasnnya. (Den)